Pemerintah akan memberikan insentif bagi kalangan industri kimia yang mampu menurunkan tingkat emisi karbon dioksida atau gas rumah kaca, sampai dengan tingkat yang telah ditetapkan.
Insentif yang dimaksud adalah berupa PPN Ditanggung Pemerintah atau PPN-DTP. Dengan kata lain, pemerintah akan menanggung bea masuk barang impor yang seharusnya ditanggung oleh kalangan industri.
Pemerintah melalui Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian akan mengalokasikan dana sebesar Rp.500 miliar untuk menerapkan green technology. Dari dana sebesar itu, diharapkan akan terjadi penurunan jumlah emisi industri sebesar 26%. Baca lanjutannya »
Sinpoc Zhenhai, sebuah perusahaan kimia asal Cina, secara resmi mengoperasikan sebuah pabrik yang memproduksi ethylene oxide atau C2H4O, dengan menggunakan teknologi METEOR EO/EG Process lisensi dari Dow Chemical.
Pabrik yang berkapasitas produksi 650.000 ton per tahun etilen glikol (ethylene glycol) atau ethane-1,2-diol, dan 100.000 ton per tahun ethylene oxide tersebut terletak di Ningbo, Propinsi Zhejiang, China.
METEOR Process atau the Most Effective Technology for Ethylene Oxide Reaction Process merupakan integrasi antara proses yang simple, safety dan teknologi katalis superior dalam sebuah reaktor. Baca lanjutannya »
Dalam pertemuan tahunan American Chemical Society (ACS) yang ke 239 bulan Maret 2010 yang lalu, dilaporkan bahwa bahan kimia dalam sampoo dan pelembut pakaian, yaitu amonisilicone, ternyata menjanjikan sebagai material yang dapat menyerap gas CO2 atau karbon dioksida dari gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Seperti kita tahu, CO2 adalah gas yang dikaitkan dengan isu pemanasan global.
Di dalam laporan tersebut disimpulkan bahwa aminosilicone ternyata berpotensi sebagai material yang dapat menghilangkan kadar gas CO2 sampai 90% dari dalam gas buang yang disimulasikan. Aminosilicone mungkin lebih murah dan lebih efisien dibandingkan dengan teknologi penangkap CO2 yang ada saat ini. Baca lanjutannya »
Powerspan, perusahaan yang mengembangkan teknologi ramah lingkungan, mempublikasikan hasil proyek percobaan penangkap CO2 (ECO2 capture technology) yang diterapkan pada pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Percobaan ini dilakukan pada pembangkit listrik berkapasitas 1-megawatt milik FirstEnergy di Ohio. Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 90% karbon dioksida pada gas buang mampu ditangkap dengan teknologi ini. Setelah itu CO2 dikeringkan dan dikompresikan. Selanjutnya CO2 siap untuk disalurkan. Hasil tersebut melebihi desain ECO2 capture technology, yaitu sebesar 90%. Baca lanjutannya »
Alat pemadam api ringan (APAR) atau fire extinguisher merupakan alat safety yang penting, terutama bagi pabrik kimia, di mana potensi terjadinya kebakaran cukup besar. Alat pemadam api ringan merupakan alat utama dan pertama untuk memadamkan api ketika api masih kecil atau belum meluas.
Pemilihan jenis pemadam api harus disesuaikan dengan penyebab kebakaran. Sebagai contoh, bila kebakaran terjadi karena arus pendek listrik maka jenis pemadam yang tepat adalah jenis karbon dioksida (CO2 fire extinguisher). Salah dalam memilih jenis pemadam api bukan saja menyebabkan proses pemadaman menjadi sulit, bahkan dapat membuat api menjadi lebih besar.
Nah, safety video berikut ini akan menunjukkan kepada kita bagaimana cara memilih jenis pemadam api yang tepat.
Departemen Energi Pacific Northwest National Laboratory berhasil mengembangkan teknologi baru untuk menangkap karbon dioksida (CO2) dari pembangkit listrik (power plant), yang disebut dengan Reversible Acid Gas Capture. Cairan penangkap yang digunakan adalah senyawa organik, yang dapat dipakai ulang.
Proses Reversible Acid Gas Capture tidak memerlukan air, sehingga membutuhkan energi yang lebih kecil untuk pemompaan dan pemanasan. Senyawa organik yang dipakai pun memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida 2 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan campuran air dan monoethanolamine, yang digunakan pada teknologi yang ada saat ini. Dengan proses baru ini, penyerapan gas dapat berlangsung pada temperatur mendekati temperatur ruang.
Pada prosesnya, larutan organik tersebut mengikat karbon dioksida, membentuk larutan garam. Selanjutnya, gas CO2 yang tertangkap, dipisahkan dari larutan dengan cara pemanasan.
Teknologi baru ini akan diuji coba untuk gas asam lainnya, seperti sulful dioksida, karbon disulfida dan karbonil sulfida. (pnl.gov)